kehidupan ekonomi kerajaan sumbawa
Memahamikehidupan ekonomi masyarakat kerajaan Samudra Pasai dan Aceh bertumpu pada bidang perdagangan dan pelayaran dimana lada menjadi komoditas utamanya dan tempat yang strategis menjadikan kedua kerajaan ini memiliki keuntungan tersendiri. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar bandar yang digunakan untuk.
KehidupanSosial Ekonomi Dan Politi Mkerajaan Lombok. December 16, 2021 by. Kerajaan Samudra Pasai dibangun oleh Nazimudin al Kamil seorang laksamana laut dari Mesir. Dalam mengambil konklusi penulis menggunakan cara berpikir mondar-mandir antara induktif-deduktif7 Latar Keagamaan dan Sosial-Budaya Masyarakat Lombok.
WilayahKerajaan Bima meliputi Pulau Sumbawa, Sawu, Solor, Sumba, Larantuka, Ende, Manggarai dan Komodo. Kerajaan Bima berjaya pada masa pemerintahan Raja Mitra Indrati (Raja Ke-7), dimana pelabuhan berkembang sangat pesat. Pasca meletusnya Gunung Tambora, kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya masih dalam kondisi memprihatinkan.
SejarahSekolah Menengah Atas terjawab • terverifikasi oleh ahli Jelaskan kehidupan politik, kehidupan ekonomi,kehidupan agama, kehidupan sosial budaya kerajaan lombok dan sumbawa! (Secara singkat) Iklan Jawaban terverifikasi ahli zuhraalfiani kehidupan agama dan sosial budaya
3 Kehidupan Ekonomi Perekonomian Kerajaan Sumbawa menitikberatkan pada kegiatan pertanian lahan kering. Pertanian lahan kering dilakukan karena sebagian besar Pulau Sumbawa adalah tanah kering. Beberapa hasil pertanian Kerajaan Sumbawa, yaitu padi dan umbi-umbian. Dalam bidang perternakan, Kerajaan Sumbawa merupakan daerah peternak kuda terbaik.
Frau Mit Hund Sucht Mann Mit Herz Zitate. 1. Kerajaan Samudra Pasai Kerajaan Samudra Pasai dibangun oleh Nazimudin al Kamil, seorang laksamana laut dari Mesir. Raja pertama nya ialah Marah Silu dengan gelar Sultan Malik al Saleh. Ia memerintah sejak tahun 1285 sampai dengan 1297 M. Tumbuhnya Kerajaan Samudra Pasai, selain didukung oleh letaknya yang strategis juga adanya hasil pertanian yang menjadi komoditi ekspor, yakni lada. Hal ini menjadikan Kerajaan Samudra Pasai maju dalam pelayaran dan perdagangan dan tumbuh menjadi kerajaam maritim. Samudra Pasai akhirnya berkembang menjadi pusat perdagangan dan agama. Pengganti Sultan Malik al Saleh ialah Sultan Muhammad Sultan Malik al Thahir. Pada abad ke-14 1345 Ibnu Battuta seorang utusan dari KasultananDelhi yang akan pergi ke Cina singgah di Samudra Pasai. Raja terakhir Samudra Pasai ialah Zainal Abidin 1523–1524 . 2. Kerajaan Aceh a. Kehidupan PolitikAceh mulai berkembang setelah Malaka diduduki oleh Portugis tahun 1511 sebab sebagian besar pedagang-pedagang Islam dari Malaka pindah ke Aceh. Di samping itu, jatuhnya Samudra Pasai ke tangan Portugis 1521, menambah keramaian Aceh. Pada tahun 1530, Aceh melepaskan diri dari Pedir dan berdirilah Kerajaan Aceh dengan Sultan Ali Mughayat 1514– 1528 sebagai raja pertamanya. Kerajaan Aceh mengalami puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda 1607–1636. Ia bercita-cita untuk menjadikan Aceh sebagai kerajaan besar dan kuat. Untuk itu, kerajaan-kerajaan di Semenanjung Malaka harus ditaklukkan, seperti Pahang, Kedah, Perlak, Johor dan Sultan Iskandar Muda ialah Sultan Iskandar Tani 1636– 1641. Setelah itu, Aceh terus mengalami kemunduran karena tidak ada lagi sultan yang kuat. Kerajaan Aceh tidak mampu bersaing dengan Belanda yang mengusai Malaka pada tahun 1641. b. Kehidupan EkonomiKehidupan perekonomian yang utama dari masyarakat Aceh ialah perdagangan. Pada masa kejayaan Aceh, perekonomian Aceh berkembang pesat. Penguasaan Aceh atas daerah-daerah pantai barat dan timur Sumatra banyak menghasilkan lada. Semenanjung Malaka banyak menghasilkan lada dan timah. Hal ini menjadi bahan ekspor yang penting bagi Aceh sehingga perdagangan Aceh maju dengan pesat. c. Kehidupan Sosial BudayaDalam kehidupan sosial, di Aceh muncul dua golongan yang saling berebut pengaruh, yakni golongan teuku dan golongan tengku. Golongan teuku adalah kaum bangsawan yang memegang kekuasaan sipil. Adapungolongan tengku adalah kaum ulama yang memegang peranan penting dalam bidang agama. Di antara golongan agama sendiri juga ada persaingan, yakni antara aliran Syiah dan aliran Sunnah wal Jama'ah. Pada masa Sultan Iskandar Muda, aliran Syiah berkembang pesat. Tokoh aliran ini ialah Hamzah Fansuri yang kemudian diteruskan oleh Syamsuddin Pasai. Setelah Sultan Iskansar Muda meninggal, aliran Sunnah wal Jama'ah yang dapat berkembang pesat. Tokoh aliran ini ialah Nuruddinar Raniri yang berhasil menulis sejarah Aceh dengan judul Bustanussalatin. Di bidang budaya terlihat dari adanya bangunan Masjid Baitturachman yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. 3. Kerajaan Demak Mundurnya Kerajaan Majapahit memberikan kesempatan kepada para bupati yang berada di pesisir pantai utara Jawa untuk melepaskan diri, khususnya Demak. Faktor lain yang mendorong perkembangan Demak ialah letaknya yang strategis di jalur perdagangan Indonesia bagian barat dengan Indonesia bagian timur. a. Kehidupan Politik 1 Raden Patah 1475–1518Dengan bantuan daerah-daerah lain yang masuk Islam, seperti Jepara, Tuban, dan Gresik, Raden Patah pada tahun 1475 berhasil mendirikan Kerajaan Demak, yang merupakan kerajaan Islam pertama di Babad Tanah Jawa, Raden Patah adalah putra Brawijaya V Raja Majapahit terakhir dengan putri Campa. Raden Patah semula diangkat menjadi bupati oleh Kerajaan Majapahit di Bintoro Demak dengan gelar Sultan Alam Akhbar al Fatah. Dalam upaya mengembangkan kekuasaan dan menguasai perdagangan nasional dan internasional maka pada tahun 1513, Demak melancarkan serangan ke Malaka di bawah pimpinan Adipati Unus Pangeran Sabrang Lor. Namun, serangan tersebut gagal. Di lingkungan kerajaan, para wali berperan sebagai pendamping dan sekaligus sebagai penasehat raja, khususnya Sunan Kalijaga. Ia banyak memberikan saran-saran sehingga Demak berkembang menjadi mirip kerajaan teokrasi, yaitu kerajaan atas dasar agama. 2 Sultan Trenggono 1521–1546.Adipati Unus 1518–1521 menggantikan ayahnya Raden Patah untuk menjalankan roda pemerintahan. Ia lebih dikenal dengan nama Pangeran Sabrang Lor gelar yang diterima sebab pernah mengadakan serangan ke utara/Malaka. Adipati Unus meninggal tanpa meningalkan putra sehingga seharusnya digantikan oleh adiknya, Pangeran Sekar Seda Lepen. Akan tetapi, pangeran ini dibunuh oleh kemenakannya sehingga yang menggantikan takhta Demak adalah adik Adpati Unus yang lain, yakni Pangeran Trenggono. Ia setelah naik takhta Demak bergelar Sultan Trenggono. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Demak mencapai puncakkejayaannya. Wilayah kekuasaannya sangat luas, meliputi Jawa Barat Banten, Jayakarta, dan Cirebon, Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Timur. Tindakan-tindakan penting yang pernah dilakukan Sultan Trenggono adalah sebagai berikut menegakkan agama Islam; membendung perluasan daerah yang dilakukan oleh Portugis; menguasai dan mengislamkan Banten, Cirebon, dan Sunda Kelapa Perluasan ke wilayah Jawa Barat ini dipimpin oleh Fatahilah Faletehan yang kemudian menurunkan raja-raja Banten. berhasil menakhlukkan Mataram, Singasari, dan Blambangan. Sultan Trenggono gugur 1546 ketika berusaha menaklukkan Pasuruan. Wafatnya Sultan Trenggono memberi peluang kepada keturunan Pangeran Sekar Seda Lepen yang merasa berhak atas takhta Kerajaan Demak untuk merebut takhta. Tokoh ini ialah Aria Penangsang yang menjadi bupati di Jipang Blora. Keluarga Sultan Trenggono dengan tokohnya Pangeran Prawoto berusaha untuk menggantikan ayahnya sehingga terjadi perebutan kekuasaan. Perang saudara ini berlangsung selama beberapa tahun yang akhirnya memunculkan Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang berasal dari Pajang, menaiki takhta sebagai raja dengan gelar Sultan Hadiwijoyo 1552–1575. b. Kehidupan EkonomiDilihat dari segi ekonomi, Demak sebagai kerajaan maritim, menjalankan fungsinya sebagai penghubung atautransit daerah penghasil rempah-rempah di bagian timur dengan Malaka sebagai pasaran di bagian barat. Perekonomian Demak dapat berkembang dengan pesat di dunia maritim karena didukung oleh penghasil dalam bidang agraris yang cukup besar. c. Kehidupan Sosial BudayaKehidupan sosial Demak diatur oleh hukum-hukum Islam, namun juga masih menerima tradisi lama. Dengan demikian, muncul sistem kehidupan sosial yang telah mendapat pengaruh Islam. Di bidang budaya, terlihat jelas dengan adanya pembangunan Masjid Agung Demak yang terkenal dengan salah satu tiang utamanya terbuat dari kumpulan sisa-sisa kayu yang dipakai untuk membuat masjid itu sendiri yang disebut soko tatal. Di pendapa serambi depan masjid itulah Sunan Kalijaga pemimpin pembangunan masjid meletakkan dasar-dasar syahadatain perayaan Sekaten. Tujuannya ialah untuk memperoleh banyak pengikut agama Islam. Tradisi Sekaten itu sampai sekarang masih berlangsung di Yogyakarta, Surakarta, dan Cirebon. 4. Kerajaan Banten a. Kehidupan PolitikDaerah Banten berhasil dikuasai dan diislamkan oleh Fatahilah Panglima Perang Demak. Di samping menguasai Banten, Fatahilah juga berhasil merebut Cirebon dan Sunda Kelapa yang kemudian namanya diubah menjadi Jayakarta 1527. Setelah Fatahilah menetap di Cirebon, Banten diserahkan kepada putranya yang bernama Maulana Hasanuddin. Banten masih tetap menjadi daerah kekuasaan Demak, namun setelah di Demak terjadi kegoncangan politik akibat perebutan kekuasaan, Banten akhirnya melepaskan diri. Maulana Hasanudin sebagai peletak dasar dan menjadi Raja Banten yang pertama 1552–1570. Daerah kekuasannya meluas sampai dengan Lampung dan berhasil mengusai perdagangan lada. Pada tahun 1570 Sultan Hasanuddin meninggal dan digantikan oleh putranya, yakni Panembahan Yusuf 1570–1580. Ia berhasil menundukkan Kerajaan Pajajaran. Raja yang terbesar Banten ialah Sultan Ageng Tirtayasa 1651–1682. Sultan Ageng Tirtayasa berhasil memajukan perdagangan Banten. Politik Sultan Ageng terhadap VOC sangat keras, namun tidak disetujui oleh putranya Sultan Haji Abdulnasar Abdulkahar sehingga terjadi perselisihan. Sultan Haji minta bantuan VOC sehingga Kerajaan Banten yang jaya dan besar di bawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa kemudian menjadi boneka Kompeni dengan rajanya, Sultan Haji. b. Kehidupan EkonomiBanten di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa dapat berkembang menjadi bandar perdagangan dan pusat penyebaran agama faktor-faktornya, antara lain sebagai berikut. Letaknya strategis dalam lalu lintas perdagangan. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis sehingga para pedagang Islam tidak lagi singgah di Malaka, namun langsung menuju Banten. Banten mempunyai bahan ekspor penting, yakni lada. Banten yang maju banyak dikunjungi pedagang-pedagang dari Arab, Gujarat, Persia, Turki, Cina, dan sebagainya. Di kota dagang Banten segera terbentuk perkampungan-perkampungan menurut asal bangsa itu, seperti orang-orang Arab mendirikan Kampung Pekojan, orang Cina mendirikan Kampung Pecinan, orang-orang Indonesia dari suku-suku lainnya mendirikan Kampung Banda, Kampung Jawa, dan sebagainya. c. Kehidupan Sosial BudayaSejak Banten diislamkan oleh Fatahilah Faletehan pada tahun 1527 maka kehidupan sosial masyarakat Banten secara berangsur-angsur mulai berlandaskan ajaran-ajaran Islam. Setelah Banten berhasil mengalahkan Pajajaran, pengaruh Islam makin kuat di daerah pedalaman. Pendukung setia Kerajaan Pajajaran kemudian menyingkir ke pedalaman, yakni ke daerah Banten Selatan. Mereka kemudian di kenal sebagai suku Badui. Kepercayaan mereka disebut Pasundan Kawitan yang artinya Pasundan yang pertama . Mereka mempertahankan tradisi-tradisi lama dan menolak pengaruh Islam. Kehidupan sosial masyarakat Banten semasa Sultan Ageng Tirtayasa meningkat pesat sebab sultan mempehatikan kehidupan dan kesejahteran rakyatnya. Namun, setelah Sultan Ageng Tirtayasa meninggal, kehidupan sosialnya merosot tajam sebab adanya campur tangan Belanda dalam berbagai kehidupan. Kehidupan seni budaya Islam dapat ditemukan pada bangunan Masjid Agung Banten tumpang lima dan bangunan gapura-gapura di Kaibon Banten. Di samping itu, bangunan istana yang dibangun oleh Jan LukasCardeel, orang Belanda pelarian dari Batavia yang telah menganut agama Islam. Susunan istananya menyerupai istana raja di Eropa. 5. Kerajaan Mataram Islam a. Kehidupan Politik Sesudah runtuhnya Kerajaan Demak, pusat pemerintahan dipindahkan ke Pajang oleh Joko Tingkir menantu Sultan Trenggono. Joko Tingkir menaiki takhta Kerajaan Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijoyo. Usia pemerintahannya tidak begitu lama yakni 1568–1586. Hal ini disebabkan kota-kota pesisir terus memperkuat diri dan erusaha melepaskan dari kekuasaan Pajang. Setelah Sultan Hadiwijoyo meninggal 1586 takhtaPajang digantikan oleh putranya, yakni Pangeran Benowo. Ternyata, Pangeran Benowo tidak dapat mengatasi kekacauan-kekacauan sehingga kekuasaan diserahkan kepada Sutowijoyo. Puncaknya, Sutawijoyo memindahkan pusat pemerintahan ke Kotagede dan berdirilah Kerajaan Mataram Islam. Sutowijoyo mengangkat dirinya sebagai Raja Mataram pertama dengan gelar Panembahan Senopati 1586–1601 dengan Kotagede sebagai ibukotnya. Tindakan-tindakannya yang penting, antara lain sebagai berikut meletakkan dasar-dasar Kerajaan Mataram; memperluas wilayah kekuasaan dengan menundukkan Surabaya, Madiun, dan Ponorogo ke timur dan ke barat berhasil menundukkanCirebon dan Galuh. Pengganti Panembahan Senopati ialah Mas Jolang gugur di daerah Krapyak sehingga disebut Panembahan Seda Krapyak. Raja terbesar Kerajaan Mataram ialah Mas Rangsang dengan gelar Sultan Agung Hanyokrokusumo 1613–1645.Sultan Agung bercita-cita mempersatukan seluruh Jawa di bawah kekuasaan Mataram dan mengusir Kompeni VOC dari Batavia. Masa pemerintahan Sultan Agung yang selama 32 tahun dibedakan atas dua periode, yaitu masa Penyatuan Kerajaan dan masa Penyatuan Kerajaan 1613–1629 merupakan masa peperanganuntuk mewujudkan cita-cita menyatukan seluruh Jawa. Sultan Agung menundukkan Gresik, Surabaya, Kediri, Pasuruan, dan Tuban. Selanjutnya, menundukkan Lasem, Pamekasan, dan Sumenep, bahkan juga Sukadana di Kalimantan. Dengan demikian, seluruh Jawa telah takluk di bawah Mataram bahkan sampai ke luar Jawa, yakni Palembang, Sukadana, dan Goa. Setelah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Cirebon berhasil dikuasai, Sultan Agung merencanakan untuk menyerang Batavia. Serangan pertama dilancarkan pada bulan Agustus 1628 di bawah pimpinan Bupati Baurekso dari Kendal dan Bupati Ukur dari Sumedang. Batavia dikepung dari darat dan laut selama dua bulan, namun tidak mau menyera,h bahkan sebaliknya tentara Mataram dipukul mundur. Dipersiapkan serangan yang kedua lebih matang dengan membuat pusat-pusat perbekalan makanan di Tegal, Cirebon, dan Krawang. Serangan kedua dilancarkan bulan September 1629 di bawah pimpinan Bupati Sura Agul-Agul, Mandurarejo, dan Uposonto. Namun, VOC telah mengetahui lebih dahulu rencana tersebut. Hal itu dibuktikan dengan tindakan VOC membakar dan memusnahkan gudang-gudang perbekalan. Serangan kedua Mataram ke Batavia mengalami kegagalan karena kurangnya perbekalan makanan, kalah persenjataan, jarak Mataram–Jakarta sangat jauh, dan tentara Mataram terjangkit wabah penyakit. Setelah Sultan Agung meninggal, takhta kerajaan digantikan oleh putranya yang bergelar Sultan Amangkurat I 1645–1677. Berbeda dengan ayahnya, raja ini tidak bijaksana dan cenderung kejam dan kurang memperhatikan kepentingan rakyat. Banyak rakyat dan kaum bangsawan tidak menyukainya. Hal yang sangat tidak disenangi ialah persahabatannya dengan VOC yang dahulu sangat dibenci oleh ayahnya. Akibat muncullah pemberontakan Trunojoyo 1674–1680. Trunojoyo adalah pangeran dari Madura yang tidak senang terhadap tindakan Amangkurat I sehingga menghimpun kekuatan untuk menyerang Mataram. Pada tahun 1677 pasukan Trunojoyo berhasil menduduki Plered, ibu kota Mataram. Amangkuat I bermaksudminta bantuan VOC ke Batavia, namun baru sampai di Tegalarum meninggal sehingga dimakamkan di tempat itu juga. Oleh karena itu, Amangkurat I dikenal juga sebagai Sultan Tegalarum. Pengganti Amangkurat I adalah putra mahkota yang bergelar Sultan Amangkurat II 1677– 1703.Untuk menghadapi Trunojoyo, Amangkurat II meminta bantuan VOCdi Semarang. Pimpinan VOC, Speelman menyetujui permintan Amangkurat II dengan suatu perjanjian 1670 yang isinya sebagai berikut. VOC mengakui Amangkurat II sebagai Raja Mataram. VOC mendapatkan monopoli di Mataram. Seluruh biaya perang harus diganti oleh Amangkurat II. Sebelum hutangnya lunas seluruh pantai utara Jawa digadaikan kepada VOC. Mataram harus menyerahkan daerah Krawang, Priangan, Semarang dan sekitarnya kepada VOC. Pada saat itu Tronojoyo telah berhasil mendirikan istana di Kediri dengan gelar Prabu Maduretno. Tentara VOC di bantu oleh tentara Aru Palaka dari Makasar dan Kapten Jonker dari Ambon bersama tentara Mataram akhirnya menyerang Kediri. Tronojoyo tidak mampu menghadapi gempuran tentara Mataram dan VOC, terus terdesak ke daerah pegunungan dan bertahan di Gunung Wilis. Trunojoyo menyerah pada tanggal 25 Desember 1679 dan akhirnya gugur ditikam keris oleh Amangkurat II pada tanggal 2 Januari1680. Sultan Amangkurat II kemudian memindahkan pusat pemerintahan dari Plered ke Kartasura. Perlawanan Untung Suropati 1686–1706Untung Suropati, demikianlah nama pejuang pada masa Mataram di bawah pemerintahan Amangkurat II. Sikap benci Untung kepada VOC telah muncul sejak di Batavia. Untung kemudian melarikan diri ke Cirebondan terjadi perkelahian dengan Suropati maka namanya menjadi Untung Suropati. Dari Cirebon Untung terus melanjutkan perjalanan ke Kartasura. Amangkurat II setelah menjadi raja merasakan betapa beratnya perjanjian yang telah ditandatangani dan berusaha untuk melepaskan diri. Ketika Untung Suropati tiba di Kartasura disambut dengan baik. Pada tahun 1686 datang utusan dari Batavia di bawah pimpinan Kapten Tack dengan maksud merundingkan soal hutang Amangkurat II dan menangkap Untung Suropati. Amangkurat II menghindari pertemuan ini dan terjadilah pertempuran. Kapten Tack beserta pengikutnya berhasil dihancurkan oleh pasukan Untung Suropati. Untung Suropati kemudian melanjutkan perjalanan ke Jawa Timur dan sampailah ke Pasuruan Di sinilah akhirnya Untung mendirikan istana dan mengangkat dirinya sebagai bupati dengan gelar Adipati Wironagoro. Di Bangil didirikan perbentengan. Bupati-bupati seluruh Jawa Timur mendukungnya, dengan demikian kedudukannya makin kuat. Pada tahun 1703, Amangkurat II wafat, digantikan oleh putranya Sunan Mas dengan gelar Sultan Amangkurat III yang anti kepada Pangeran Puger adik Amangkurat II berambisi ingin menjadi raja di Mataram dan pergi ke Semarang untuk mendapatkan dukungan dari VOC. Selanjutnya, VOC berserta Pangeran Puger menyerangKartasuradan berhasil diduduki. Amangkurat III melarikan diri ke Jawa Timur bergabung dengan Untung Suropati. Pada tahun 1704 Pangeran Puger dinobatkan sebagai Raja Mataram dengan gelar Sunan Paku Buwono Belanda menyiapkan pasukan secara besar-besaran untuk menggempur pasukan Untung di Pasuruan. Di bawah pimpinan Herman de Wilde, pasukan kompeni berhasil mendesak perlawanan Untung. Dalampertempuran di Bangil, Untung terluka dan akhirnya gugur pada tanggal 12 Oktober 1706. Sunan Mas bisa tertangkap dan kemudian dibuang ke Sailan/Sri Langka 1708. Pada tahun 1719 Sunan Paku Buwono I wafat dan digantikan oleh Amangkurat IV Sunan Prabu di bawah mandat VOC. Makin eratnya hubungan denganVOC membuat para bangsawan benci kepada kompeni. Mereka mengadakan perlawanan, antara lain Pangeran Purboyo adik Sunan dan Pangeran Mangkunegoro putra Sunan sendiri. Perlawanan terhadap Kompeni dapat dipadamkan dan para pemimpinya ditangkap dan dibuang ke Sailan dan Afrika Selatan, kecuali Pangeran Mangkunegoro yang diampuni ayahnya. Pada masa pemerintahan Paku Buwono II 1727–1749 Mataram diguncang lagi perlawanan yang dipimpin oleh Mas Garendi cucu Sunan Mas. Perlawanan ini di dukung oleh orang-orang Tionghoa yang gagal mengadakan pemberontakan terhadap VOC di Batavia. Mas Garendi berhasil menduduki ibu kota Kartasura. Paku Buwono II melarikan diri ke Ponorogo. VOC meminta bantuan kepada Bupati Madura, Cakraningrat untuk merebut kembali Kartasura dengan imbalan keinginan Cakraningrat untuk melepaskan diri dari Mataram akan dikabulkan. Cakraningrat berhasil merebut kembali Kartasura dan Paku Buwono II berhasil kembali ke Kartasura sebagai raja. Namun, antara VOC dan Cakraningrat terjadi perselisihan karena Cakraningrat keberatan meninggalkan Kartasura. Perselisihan berakhir dengan ditangkapnya dan di buang ke Afrika Selatan 1745. Setelah beberapa kali terjadi perlawanan di Kartasura, Kartasura dianggap tidak layak sebagai ibu kota kerajaan sehingga pusat pemerintahan dipindahkan ke Surakarta. Makin bercokolnya VOC di Mataram menyebabkan pada masa Paku Buwono II ini juga terjadi perlawanan lagi di bawah pimpinan Raden Mas Said putra Pangeran Mangkunegoro dan menduduki Sukowati. Oleh Paku Buwono II dikeluarkan semacam sayembara, siapa yang dapat merebut daerah Sukowati akan mendapat daerah itu sebagai imbalannya. Pangeran Mangkubumi, adik Paku Buwono II berhasil merebut Sukowati, tetapi ternyata daerah itu tidak diberikan. Pangeran Mangkubumi meninggalkan kota dan bergabung dengan RadenMas Said melakukan perlawanan. Mataram Terpecah Belah Setelah Mangkubumi bergabung dengan Mas Said, terjadilah persekutuan antara Mangkubumi dan Mas Said melawan Paku Buwono II dan III. Pada waktu Paku Buwono II sakit keras, utusan VOC dari Batavia datang ke Surakarta. Dalam keadaan lemah dan tidak sadar, Paku Buwono II menyerahkan Mataram kepada VOC. Hasl yang demikian mungkin sajaterjadi. Menurut tradisi Timur orang yang akan meninggal biasanya menyerahkan keluarganya kepada orang yang menjadi kepercayaannya. Hal ini diartikan oleh Belanda bahwa sejak itu VOC berkuasa penuh atasMataram. Pada tahun 1749 Paku Buwono II wafat dan digantikan oleh putranya yang bergelar Paku Buwono III. Awalnya, Belanda mengakuinya sebagai Sultan Mataram yang baru, tetapi setelah itu VOC berusaha untuk memecah belah Mataram sehingga dapat dikuasainya. Perlawanan Mangkubumi dan Mas Said cukup tangguh. Raden Mas Said mendapat julukan Pangeran Samber Nyowo pangeran perenggut jiwa. Namun, karena di antara keduanya kterjadi perselisihan sehingga dimanfaatkan oleh Belanda untuk memecah belah Mataram. Perseteruan antara Paku Buwono II yang dibantu Kompeni dan Pangeran Mangkubumi dapat diakhiri dengan Perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755 Isi Perjanjian Giyanti pada intinya Mataram dipecah menjadi dua. Mataram baratn yakni Kasultanan Yogakarta diberikan kepada Mangkubumi dengan gelar Sultan Hamengku Buwono I. Mataram timur ,yakni Kasunanan Surakarta diberikan kepada Paku BuwonoIII. Selanjutnya ,untuk memadamkan perlawanan Raden Mas Said diadakanPerjanjian Salatiga pada tanggal 17 Maret 175. Isi Perjanjian Salatiga padaintinya Surakarta dibagi menjadi dua. Surakarta utara diberikan kepada Mas Said dengan gelar Mangkunegoro I, kerajaannya dinamakan Mangkunegaran. Surakarta selatan diberikan kepada Paku Buwono III kerajaannya dinamakan Kasunanan Surakarta. Pada tahun 1813 sebagian daerah Kasultanan Yogyakarta diberikan kepada Paku Alam selaku bupati. Dengan demikian, Kerajaan Mataram yang dahulinya satu, kuat, dan kokoh pada masa pemerintahan SultanAgung akhirnya terpecah-pecah menjadi kerajaan-kerajan kecil berikt ini Kerajaan Yogyakarta; Kasunanan Surakarta; Pakualaman; Mangkunegaran. b. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Mataram yang terletak di pedalaman merupakan sebuah kerajaan agraris dengan hasil utamanya beras. Pada masa Sultan Agung, kehidupan masyarakat Mataram mengalami perkembangan pesat. Padamasa ini hasil bumi Mataram cukup melimpah. c. Kehidupan Sosial-Budaya Pada masa Pembangunan, maka Sultan Agung melakukan usaha-usaha antara lain untuk meningkatkan daerah-daerah persawahan maka memprogramkan pemindahan para petani ke daerah Krawang yang dasar kehidupan agraris itulah disusun suatu masyarakat yang bersifat feodal. Para pejabat pemerintahan memperoleh imbalan berupa tanah garapan lungguh, sehingga sistem kehidupan ini menjadi dasar munculnya tuan-tuan tanah di masa kebesaran Mataram, kebudayaan juga berkembang, antara lain seni tari, seni pahat, seni sastra, dan sebagainya. Di samping itu juga muncul kebudayaan kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayan jawa, Hindu, Buddha dengan Islam. Upacara Garebeg yang bersumber pada pemujaan roh nenek moyang berupa kenduri gunungan yang merupakan tradisi sejak zaman Majapahit dijatuhkan pada waktu perayaan hari besar Islam sehingga muncul Garebeg Syawal pada hari raya Idul Fitri dan Garebeg Maulud pada bulan Rabiulawal. Hitungan tahun yang sebelumnya merupakan tarikh Hindu yang didasarkan pada peredaran matahari tarikh samsiah maka sejak tahun 1633 diubah menjadi tarikh Islam yang berdasarkan pada peredaran bulan tarikh komariah. Tahun Hindu 1555 diteruskan dengan perhitungan baru dan dikenal dengan tahun Jawa. Adanya suasana yang aman, damai dan tenteram menyebabkan berkembangnyaa kesusastraan Jawa. Sultan Agung mengarang kitab Sastra Gending yang berupa filsafat. Demikian juga muncul kitab Nitisruti, Nitisastra, dan Astabrata yang berisi ajaran tabiat baik yang bersumber pada kitab Ramayana 6. Kerajaan Makassar a. Kehidupan PolitikPada abad ke-17 di Sulawesi Selatan telah muncul beberapa kerajaan kecil, seperti Goa, Tallo, Sopeng, dan Bone. Di antara kerajaan-kerajaan tersebut yang kemudian muncul sebagai kerajaan besar ialah Goa dan Tallo. Keduanya lebih dikenal dengan nama Kerajaan Makassar. Faktor yang membawa perkembangan Makassar, antara lain sebagai berikut. Terletak di tepi sungai. Letak Makasar yang sangat strategis dalam lalu lintas perdagangan Malaka–Maluku. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis 1511. Beralihnya sistem pemerintahan di Jawa Tengah ke corak agraris. Pada tahun 1605 penguasa dari kerajaan kembar Goa dan Tello memeluk agama Islam. Raja Tallo bernama Karaeng Mataoya yang bergelar Sultan Abdullah dengan julukan Awalul Islam dan Raja Goa bernama Daeng Manrabia dengan gelar Sultan Alaudin. Pada masa dwitunggal ini giat mengislamkan rakyat. Oleh karena itu, Kerajaan Makassar merupakan kerajaan Islam pertama di Sulawesi Selatan. Kerajaan Goa–Tallo Makassar berkembang di bawah pemerintahan Muhammad Said 1639–1653 dan mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin 1654–1670. Sultan Hasanuddin mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur karena keberaniannya menetang monopoli Belanda. Usaha-usaha penetrasi kekuasaan terhadap Makassar dilakukan oleh VOC dalam rangka melaksanakan politik monopoli perdagangan. Hubungan Makasar–VOC yang semula baik, kemudian retak dan akhirnya menjadi permusuhan. Pertempuran besar meletus pada tahun 1666 ketika Makassar di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin. Dalam pertempuran ini, VOC di bawah pimpinan Speelman berkoalisi dengan Kapten Jonker dari Ambon dan Aru Palaka Raja Bone. Perlawanan Hasanuddin berhasil dipatahkan dan para pemimpin yang tidak mau tunduk kepada VOC, seperti Kraeng Galesung dan Montemerano melarikan diri ke Jawa. Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada tanggal 18 Nopember 1667. Isi Perjanjian Bongaya sangat merugikan rakyat Makassar, seperti berikut ini. Wilayah Makassar terbatas pada Goa. Wilayah Bone dikembalikan kepada Aru Palaka. Kapal Makassar dilarang berlayar tanpa seizin VOC. Makassar tertutup untuk semua bangsa, kecuali VOC dengan hak monopolinya. Semua benteng harus dihancurkan, kecuali satu yakni Benteng Ujung Pandang yang kemudian namanya diganti menjadi Benteng Rotterdam. Makassar harus mengganti kerugian perang sebesar 250 ribu ringgit. Walaupun Sultan Hasanuddin telah menandatangani perjanjian tersebut, perlawanan terhadap VOC muncul lagi 1667–1669. Makassar berhasil dihancurkan dan selanjutnya dinyatakan sebagai milik VOC. b. Kehidupan EkonomiUntuk menunjang Makassar sebagai pelabuhan transit dan untuk mencukupi kebutuhannya maka kerajaan ini menguasai daerah-daerah sekitarnya. Di sebelah timur ditaklukanlah Kerajaan Bone, sedangan untuk memperlancar dan memperluas jalan perdagangan, Makasar mengusai daerahdaerah selatan, seperti Pulau Selayar, Buton, Lombok, dan Sumbawa di Nusa Tenggara Barat. Dengan demikian, jalan perdagangan pada waktu musim Barat yang melalui sebelah utara kepulauan Nusa Tenggara dan jalan perdagangan waktu musim Timur yang melalui sebelah selatan dapat dikuasainya. Makassar berkembang sebagai pelabuhan internasional, banyak pedagang asing, seperti Portugis, Inggris ,dan Denmark berdagang di Makassar. Dengan jenis perahu-perahunya seperti pinisi dan lambo, pedagang Makassar memegang peranan penting dalam perdagangan di Indonesia. Hal ini menyebabkan mereka berhadapan dengan Belanda sehingga menimbulkan beberapa kali peperangan. Pihak Belanda yangmerasa berkuasa atas Maluku sebagai sumber rempah rempah, menganggap Makasar sebagai pelabuhan gelap. Hal itu disebabkan di Makasar dijual belikan rempah-rempah yang berasal dari Maluku. Untuk mengatur pelayaran dan perniagaan dalam wilayahnya disusunlah hukum niaga dan perniagaan yang disebut Ade Allopioping Bicarance Pabbalu'e dan sebuah naskah lontar karya Amanna Gappa. c. Aspek Sosial–BudayaMengingat Makaasar sebagai kerajaan maritim dengan sumber kehidupan masyarakat pada aktivitas pelayaran perdagangan maka sebagian besar kebudayaannya dipengaruhi oleh keadaan tersebut. Hasil kebudayaan yang terkenal dari Makasar adalah perahu pinisi dan lambo. Selain itu juga berkembang kebudayaan lain, seperti seni bangun, seni sastra, seni suara, dan sebagainya. 7. Kerajaan Ternate dan Tidore a. Kehidupan PolitikDi Maluku yang terletak di antara Sulawesi dan Papua terdapat dua kerajaan, yakni Ternate dan Tidore. Kedua kerajaan ini terletak di sebelah barat Pulau Halmahera di Maluku Utara. Kedua kerajaan itu pusatnya masingmasing di Pulau Ternate dan Tidore, tetapi wilayah kekuasaannya mencakup sejumlah pulau di Kepulauan Maluku dan Papua. Kerajaan Ternate sebagai pemimpin Persekutuan Uli Lima, yaitu persekutuan lima bersaudara dengan wilayahnya mencakup pulau-pulau Ternate, Obi, Bacan, Seram dan Ambon. Kerajaan Tidore sebagai pemimpin Persekutuan Uli Siwa persekutuan sembilan saudara wilayahnya meliputi pulau-pulau Makyan, Jailolo atau Halmahera, dan pulau-pulau di daerah itu sampai dengan Papua Barat. Di antara keduanya saling terjadi persaingan dan makin tampak setelah datangnya bangsa Barat. Bangsa Barat yang pertama kali datang di Maluku ialah Portugis 1512 yang bersekutu dengan Kerajaan Ternate. Jejak ini diikuti oleh bangsa Spanyol yang berhasil mendarat di Maluku 1521 dan mengadakanpersekutuan dengan Kerajaan Tidore. Dua kekuatan telah berhadapan, namun belum terjadi pecah perang. Untuk menyelesaikan persaingan antara Portugis dan Spanyol maka pada tahun 1529 diadakan Perjanjian Saragosa yang isinya bangsa Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan kekuasaannya di Filipina dan bangsa Portugis tetap tinggal Maluku. Untuk memperkuat kedudukannya di Maluku maka Portugis mendirikan Benteng Sao Paulo. Menurut Portugis benteng ini dibangun untuk melindungi Ternate dari serangan Tidore. Tindakan Portugis di Maluku makin merajalela dengan memonopoli perdagangan dan terlalu ikut campur tangan dalam urusan dalam negeri Ternate sehingga menimbulkan pertentangan. Salah seorang Sultan Ternate yang menentang ialah Sultan Hairun 1550–1570. Untuk menyelesaikan pertentangan itu diadakan perundingan antara Ternate Sultan Hairun dan Portugis Gubernur Lopez de Mesquita. Perdamaian dapat dicapai pada tanggal 27 Februari 1570. Namun, perundingan persahabatan itu hanyalah tipuan belaka. Pada pagi harinya 28 Februari ketika Sultan Hairun berkunjung ke Benteng Sao Paulo, ia ditangkap dan dibunuh. Atas kematian Sultan Hairun, rakyat Ternate bangkit menentang bangsa Portugis di bawah pimpinan Sultan Baabullah putra dan pengganti Sultan Hairun. Setelah terkepung hampir selama lima tahun, Benteng Sao Paulo berhasil diduduki rakyat Ternate 1575. Orang-orang Portugis yang menyerah tidak dibunuh, tetapi harus meninggalkan Ternate. Mereka pun pindah ke Ambon, Maluku. Sultan Baabullah dapat meluaskan daerah kekuasaannya di Maluku. Daerah kekuasaannya terbentang antara Sulawesi dan Papua; ke arah timur sampai Papua; barat sampai ke Pulau Buton; utara sampai ke Mindanao Selatan Filipina; selatan sampai ke Pulau Bima Nusa Tenggara sehingga ia mendapat julukan Tuan dari Tujuh Pulau Dua abad ke-17, bangsa Belanda datang di Maluku dan segera terjadi persaingan antara Belanda dan Portugis. Belanda akhirnya berhasil menduduki benteng Portugis di Ambon dan dapat mengusir Portugis dari Maluku 1605. Belanda yang tampa ada saingan kemudian juga melakukan tindakan yang sewenang-wenang, seperti berikut ini. Melaksanakan sistem penyerahan wajib sebagian hasil bumi rempahrempah kepada VOC contingenten. Adanya perintah penebangan/pemusnahan tanaman rempah-rempah jika harga rempah-rempah di pasaran turun hak ekstirpasi dan penanaman kembali secara serentak apabila harga rempah-rempah di pasaran naik/meningkat. Mengadakan pelayaran Hongi patroli laut, yakni sistem perondaan yang dilakukan oleh VOC dengan tujuan untuk mencegah timbulnya perdagangan gelap dan mengawasi pelaksanaan monopoli perdagangan di seluruh Maluku. Tindakan-tindakan penindasan tersebut jelas membuat rakyat hidup terkenan dan menderita. Sebagai reaksinya rakyat Maluku bangkit mengangkat senjata melawan VOC. Pada tahun 1635–1646 rakyat di Kepulauan Hitu bangkit melawan VOC di bawah pimpinan Kakiali dan dilanjutkan oleh Telukabesi. Pada tahun 1650 rakyat Ambon dipimpin oleh Saidi melakukan perlawanan terhadap VOC. Demikian juga di daerah lain, seperti Seram, Haruku, dan Saparua juga terjadi perlawanan rakyat, tetapi semua perlawanan berhasil dipadamkan oleh VOC. Sampai akhir abad ke-17 tidak ada lagi perlawanan besar, tetapi pada akhir abad ke-18 muncul lagi perlawanan besar yang mengguncangkan kekuasaan VOC di Maluku. Jika melawan Portugis Kasultanan dan rakyat Ternate yanga memegang peranan penting maka untuk melawan VOCsebaliknya, kasultanan dan rakyat Tidore yang memimpinnya. Pada tahun 1780 rakyat Tidore bangkit melawan VOC di bawah pimpinan Sultan Nuku. Selanjutnya, Sultan Nuku juga berhasil menyatukan Ternate dengan Tidore. Setelah Sultan Nuku meninggal 1805, tidak ada lagi perlawaan yang kuat menentang VOC, maka mulailah VOC memperkokoh kekuasaannya kembali di Maluku. Perlawanan yang lebih dahsyat di Maluku baru muncul pada permulaan abad ke-19 di bawah pimpinan Pattimura. b. Kehidupan EkonomiKehidupan rakyat Maluku yang utama adalah pertanian dan perdagangan. Tanah di Kepulauan Maluku sangat subur dengan hasil utamanya cengkih dan pala. Keduanya merupakan rempah-rempah yang sangat diperlukan untuk ramuan obat-obatan dan bumbu masak karena mengandung bahan pemanas. Oleh karena itu, rempah-rempah banyak diperlukan di daerah dingin, seperti di Eropa. Dengan hasil rempahrempahnya maka aktivitas pertanian dan perdagangan rakyat Maluku maju dengan pesat. c. Kehidupan Sosial–BudayaKedatangan Portugis di Maluku tidak hanya untuk berdagang dan mendapatkan rempah-rempah, tetapiPortugis juga menyebarkan agama Katolik. Pada tahun 1534 missionaris Katolik, Fransiscus Xaverius telah berhasil menyebarkan agama Katolik di Halmahera, Ternate, dan Ambon. Telah kita ketahui bahwa sebelumnya di Maluku telah berkembang agama Islam. Dengan demikian, kehidupan agama telah mewarnai kehidupan sosial masyarakat Maluku. Rakyat Maluku aktivitas banyak tercurah pada perekonomian sehingga sedikit menghasilkan budaya. Salah satu karya seni bangun yang terkenal ialah Istana Sultan Ternate dan masjid kuno di Ternate. B. Perubahan Sistem Sosial dan Budaya Masyarakat Dengan masuknya budaya dan agama Islam ke Indonesia maka terjadilah akulturasi budaya Islam dengan budaya setempat dalam kehidupan masyarakat di akulturasi berarti juga akan berpengaruh terhadap kehidupan sosial dan budaya. Sistem sosial dalam kehidupan masyarakat diwarnai dengan kehidupan ajaran agama Islam, seperti upacara perkawinan yang merupakan salah satu jalur proses islamisasi di Indonesia. Dalam perkawinan tersebut dilakukan dengan cara Islam, yakni dengan mengucapkan kalimat syahadat. Di samping itu juga upacara selamatan, orang punya hajad kerja, doa-doanya dilakukan menurut ajaran agama Islam. Bahkan juga masalah pembagian warisan dalam keluarga. Dengan demikian ajaram Islam telah berpengaruh terhadap sistem sosial masyarakat. Pengaruh dalam bidang budaya, juga tampak nyata dalam seni budaya, misalnya seni tari, seperti tari Seudati yang diiringi sholawat nabi, kesenianDebus yang diawali dengan membaca Al Qur'an, dan seni musik qasidah. Demikian juga budaya Sekaten Sekatenan sampai sekarang masih terus dilestarikan. Penelusuran yang terkait dengan Kehidupan Politik, Ekonomi, Sosial, dan Budaya pada Kerajaan yang Bercorak Islam di Indonesia kehidupan politik dan sosial budaya masyarakat indonesia pada masa perkembangan islam kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya kerajaan islam di sumatera selatan kerajaan islam di indonesia sistem pemerintahan sosial, ekonomi dan kebudayaan pada masa kerajaan islam di jawa kehidupan agama kerajaan perlak perkembangan politik kerajaan islam di indonesia kehidupan sosial ekonomi masyarakat zaman perkembangan kerajaan kerajaan islam di indonesia kehidupan budaya kerajaan malaka
Sumbawa Pulau Sumbawa, Nusatenggara Barat, sebelumnya adalah kesultanan yang mempunyai hubungan erat dengan Kerajaan Makassar Sulawesi Selatan. Namun, pada 1959 Kesultanan Sumbawa dibubarkan dan menjadi Kabupaten Sumbawa dengan ibu kotanya di Sumbawa Besar. Sultan terakhir adalah Muhammad Kaharuddin III. Sisa-sisa peninggalan kesultanan kini terawat dengan baik. Istana peninggalan Sultan Muhammad Jalaludin III, misalnya, yang dibangun awal Abad ke-20, hingga saat masih terawat dengan baik. Di Istana Loka tersimpan barang-barang peninggalan kesultanan seperti keramik dari zaman Dinasti Ming dan seperangkat alat pengobatan raja. Selain dikenal dengan peninggalan sejarahnya, Sumbawa juga dikenal sebagai penghasil madu alami dan tenun ikat. Madu alami diambil warga dari hutan dan pegunungan. Dari mulai mengambil madu di sarang hingga pemerasan masih menggunakan cara-cara tradisional. Madu diambil dari hutan dengan menggunakan obor. Asap obor ini berfungsi mengusir lebah dari sarangnya. Selanjutnya sarang madu diambil dan dimasukkan ke dalam ember. Setiap sarang dimasukkan ke dalam ember terpisah. Sebab, setiap sarang madu mempunyai kekentalan, rasa, dan aroma berbeda. Perbedaan ini terjadi karena beragamnya bunga yang diisap lebah. Setiap satu sarang lebah terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian madu, bipolen, dan anak lebah. Bipolen dan madu mempunyai nilai ekonomi tingggi. Khusus bipolen, biasanya hanya ada dua sampai tiga pekan sebelum hujan dalam setahun. Bipolen dikonsumsi langsung dan sangat bagus untuk pertumbuhan sel tubuh. Sementara harga madu lebah Sumbawa Rp dalam botol 620 mililiter. Sumbawa juga dikenal dengan tenun ikat. Pusat industri tenun di Desa Sekatoh atau sekitar delapan kilometer dari Sumbawa Besar. Pusat kerajinan ini dibangun pada tahun 80-an. Awalnya, tenun ikat itu menjadi pekerjaan sampingan ibu-ibu rumah tangga. Namun, seiring maraknya industri pariwisata tenun ikat Sumbawa menjadi potensi ekonomi masyarakat. Satu lembar tenun ikat dijual Rp 400 ribu hingga Rp 600 ribu.YYT/Asti Megasari dan Effendi Kasah* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
A. Kerajaan Ternate Tidore Kehidupan Politik di Kerajaan Ternate Tidore Di Maluku terdapat dua kerajaan yang paling berpangaruh, yakni Ternate dan Tidore. Ternate berhasil meluaskan wilayahnya dan membentuk Uli Lima. Kerajaan Tidore juga berhasil memperluas pengaruhnya dan disatukan dalam Uli Siwa. Mula-mula Kerajaan Ternate dan Tidore dapat hidup berdampingan dan tidak pernah terjadi konflik. Namun, setelah kedatangan bangsa Eropa di Maluku, mulailah terjadi pertentangan. Kerajaan-kerajaan di Maluku tidak bersatu dalam menghadapi musuh dari luar, tetapi malah bersaing dan saling menjatuhkan. Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaan pada masa Sultan Baabullah. Sultan Baabullah dapat meluaskan daerah kekuasaannya di Maluku. Daerah kekuasaannya terbentang antara Sulawesi dan Papua. Pada abad ke-17, bangsa Belanda datang di Maluku dan segera terjadi persaingan antara Belanda dan Portugis. Belanda akhirnya berhasil menduduki benteng Portugis di Ambon dan dapat mengusir Portugis dari Maluku 1605. Belanda yang tampa ada saingan kemudian juga melakukan tindakan yang sewenang-wenang. Tindakan-tindakan penindasan tersebut jelas membuat rakyat hidup menderita. Sebagai reaksinya rakyat Maluku bangkit mengangkat senjata melawan VOC. 2. Kehidupan Ekonomi di Ternate Tidore Kehidupan rakyat Maluku yang utama adalah pertanian dan perdagangan. Tanah di Kepulauan Maluku sangat subur dengan hasil utamanya cengkih dan pala. Dengan hasil rempah-rempahnya maka aktivitas perdagangan rakyat Maluku maju dengan pesat. 3. Kehidupan Sosial dan Agama Raja Maluku yang mula-mula memeluk agama Islam adalah Raja Ternate. Banyak rakyat Maluku yang memeluk agama Islam terutama penduduk yang tinggal di tepi pantai. Portugis juga menyebarkan agama Katolik. Terdapat berbagai agama yang ada di kehidupan sosial. 4. Budaya Budaya di Ternate Tidore tidak berkembang pesat karena fokus dengan perdagangan. B. Kerajaan Lombok 1. Politik Sunan Prapen berhasil mengislamkan Raja Lombok, Prabu Rangkesari. Kemudian, Prabu Rangkesari memindahkan pusat kekuasaan ke Selaparang. Pemindahan pusat kerajaan membawa suasana dan kondisi membaik bagi kerajaan dan rakyatnya. Di bawah pimpinan Prabu Rangkesari, Kerajaan Selaparang berkembang menjadi kerajaan yang maju di berbagai bidang. Kerajaan Lombok pernah diserang Kerajaan Gelgel dari Bali sebanyak 2 kali. Namun, kedua serangan tersebut dapat dipatahkan. 2. Sosial Agama Islam masuk melalui perdagangan. Mula-mula pedangang datang untuk berdagang, kemudian banyak diantara mereka yang bertempat tinggal menetap bahkan mendirikan perkampungan-perkampungan. Para pendatang dengan suku Sasak mengadakan hubungan saling menghormati. 3. Budaya Lombok dapat menciptakan sendiri aksara Sasak. Para pujangganya mengarang, menggubah, mengadaptasi, atau menyalin ke dalam lontar-lontar Sasak. Pujangga juga banyak menyalin dan mengadaptasi ajaran-ajaran sufi para walisongo, hikayat-hikayat Melayu pun banyak yang disalin dan diadaptasi. 4. Ekonomi Labuan Lombok banyak dikunjungi para pedagang. Labuan Lombok sebagai pelabuan dagang disinggahi para pelaut dan saudagar muslim dari Jawa dan mulailah timbul bandar-bandar tempat para pedagang sehingga semakin ramai. Komoditas utama masyarakat Lombok adalah padi. C. Kerajaan Bima Politik Agama Islam masuk di Bima melalui pelabuhan Sape. Abdul Kahir dinobatkan menjadi Raja Bima. Kesultanan Bima mengadakan hubungan dengan kerajaan di sekitarnya, salah satunya dengan Kerajaan Gowa. Perjanjian Bungaya akhirnya memisahkan Kesultanan Gowa dan Kesultanan Bima, karena semangat anti penjajahan antara kedua Kesultanan sangat merugikan perdagangan monopoly bagi Belanda di perairan Indonesia timur. Kerajaan Bima berakhir pada tahun 1951 karena Sultan Muhammad Salahuddin meninggal dunia. 2. Ekonomi Kerajaan Bima telah menjalin hubungan dagang dengan VOC. Melalui perjanjian, kerajaan-kerajaan di pulau sumbawa tidak boleh dilarang mengadakan hubungan politik maupun dagang dengan daerah-daerah lain, dengan bangsa Eropa lain atau dengan seseorang kecuali dengan persetujuan dan ijin dari VOC. 3. Budaya Setelah agama Islam masuk ke Bima, kemudian berkembang tradisi tulis. Beragam tradisi dan budaya terlahir dan masih dipertahankan rakyatnya. Salah satu yang hingga kini masih kekal bahkan terwarisi adalah budaya rimpu. 4. Sosial Agama Islam relatif mudah diterima, karena orang Bima sebenarnya telah lama mengenal agama Islam melalui para penyiar agama dari tanah Jawa, Melayu bahkan dari para pedagang Gujarat India dan Arab di Sape. Bima menjelma menjadi pusat penyebaran Islam di wilayah timur Nusantara. Saat ini, di beberapa daerah di Bima, terjadi percampuran antara Islam dan tradisi lokal. D. Kerajaan Sumbawa Politik Pada tahun 1674 M dinasti baru terbentuk dan diberi nama Dinasti Dewa Dalam Bawa’. Saat itu, rakyat Sumbawa sudah mulai memeluk agama Islam. Luas wilayah kekuasaannya dimulai dari wilayah taklukan Kerajaan Empang hingga Jereweh. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddin III, campur tangan Belanda sudah terlalu jauh, terutama dalam hal menarik pajak. Akhirnya meledaklah pemberontakan rakyat. 2. Ekonomi Kerajaan Sumbawa bertumpu pada kegiatan pertanian lahan kering dan peternakan kuda. 3. Sosial Rakyat Sumbawa sangat terbuka dan penuh toleransi. 4. Budaya Peninggalan budaya Kerajaan Sumbawa, antara lain Kitab Suci Al Qur’an dengan tulisan tangan oleh Muhammad Ibnu Abdullah Al Jawi dan Istana Dalam Loka.
Kesultanan Sumbawa atau juga dikenal dengan Kerajaan Samawa[1] adalah salah satu dari tiga kerajaan Islam besar di Pulau Sumbawa. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir 2/3 dari luas pulau Sumbawa.[2] Keberadaan Tana Samawa atau wilayah Sumbawa, mulai dicatat oleh sejarah sejak zaman Dinasti Dewa Awan Kuning, tetapi tidak banyak sumber tertulis yang bisa dijadikan bahan acuan untuk mengungkapkan situasi dan kondisi pada waktu itu. Sebagaimana masyarakat di daerah lain, sebagian rakyat Sumbawa masih menganut animisme dan sebagian sudah menganut agama Hindu. Baru pada kekuasaan raja terakhir dari Dinasti Awan Kuning, yaitu Dewa Maja Purwa, ditemukan catatan tentang kegiatan pemerintahan kerajaan, antara lain bahwa Dewa Maja Purwa telah menandatangani perjanjian dengan Kerajaan Gowa di Sulawesi. Perjanjian itu baru sebatas perdagangan antara kedua kerajaan kemudian ditingkatkan lagi dengan perjanjian saling menjaga keamanan dan ketertiban. Kerajaan Gowa yang pengaruhnya lebih besar saat itu menjadi pelindung Kerajaan Samawa. Kerajaan-kerajaan Seran, Taliwang, dan Jereweh masing-masing merupakan kerajaan vasal dari kerajaan Sumbawa. Raja Samawa yang pertama dari kerajaan kecil Sampar Kemulan bernama Maja Paruwa, dari dinasti Dewa Awan Kuning yang telah memeluk agama Islam. Setelah meninggal, Maja Paruwa diganti oleh Mas Cini Dewa Mas Pemayam putra raja selaparang. Kemudian Mas Cini di ganti oleh Mas Goa. Mas Goa tidak lama memerintah karena pola pikir dan pandangan hidupnya masih dipengaruhi ajaran Hinduisme. Pada tahun 1637 Mas Goa digantikan oleh putera dari saudara perempuannya, bernama Mas Bantan. Lama pemerintahannya, dari tahun 1675 1701. Mas Bantan adalah putera Raden Subangsa, seorang pangeran dari Banjarmasin.[3] hasil pernikahan dengan saudari perempuan Mas Goa yaitu Amas Penghulu Setelah Dewa Mas Goa di berhentikan karena dianggap telah melanggar salah satu perjanjian damai dengan Kerajaan Gowa, maka ia terpaksa disingkirkan bersama pengikut-pengikutnya, kira-kira ke wilayah Kecamatan Utan-Rhee sekarang. Ia diturunkan dari tahtanya karena mangkir dari kesepakatan pendahulunya dengan Kerajaan Gowa. Tidak disebutkan apa pelanggaran yang telah dilakukan Mas Goa, namun campur tangan Raja Gowa di Sulawesi sangat besar. Pemberhentian secara paksa ini terjadi pada tahun 1673 sekaligus mengakhiri pengaruh Dinasti Dewa Awan Kuning di Sumbawa.[4]
Tampak depan Istana Dalam Loka di Sumbawa Foto Shutter StockRatusan tahun yang lalu, nama Sumbawa terkenal di dunia karena letusan Gunung Tamboranya yang dahsyat. Letusan itu bahkan berhasil membuat benua Eropa tak mengalami musim panas selama setahun penuh pada 1816 silam. Kurang lebih 69 tahun setelahnya, tepatnya pada 1885, muncul sebuah kerajaan yang dikenal sebagai Kerajaan Sumbawa. Dibangun oleh Muhammad Jalaluddin Syah III, kerajaan ini memiliki sebuah istana indah di Kota Sumbawa Besar yang diberi nama Istana Dalam Loka. Istana Dalam Loka di Sumbawa berada di Kota Sumbawa Besar Foto Shutter StockKerajaan Sumbawa atau yang juga disebut sebagai Kesultanan Samawa adalah kesultanan bernafas Islam yang merupakan satu dari tiga kerajaan besar di Sumbawa. Seperti yang dikutip dari laman resmi Kemenparekraf, Istana Dalam Loka dibangun untuk menggantikan istana lama yang terbakar. Dulunya Istana Dalam Loka digunakan sebagai pusat pemerintahan sekaligus kediaman bagi sultan beserta dengan anggota kerajaan. Namun kini, istana tersebut sudah menjadi cagar alam dan digunakan sebagai venue untuk pemilihan putra/putri daerah Taruna-Dadara, latihan menari, teater, hingga serune seruling Sumbawa. Salah seorang wisatawan memotret Istana Dalam Loka Foto Shutter StockPembuatan Istana Dalam Loka di masa lalu tak sembarangan. Terdapat filosofi adat yang dianut untuk membangun tempat ikonik itu. Filosofi itu adalah Adat berenti ko syara, syara barenti kokitabullah.'Artinya, semua aturan adat istiadat maupun nilai-nilai dalam sendi kehidupan masyarakat Sumbawa harus bersemangatkan pada syariat Islam. Jadi, enggak heran apabila banyak hal dalam Islam yang diadopsi dalam pembangunan istana ini. Istana Dalam Loka memiliki luas 904 meter persegi, dibangun selama sembilan bulan, dan memiliki 99 tiang penyangga, seperti jumlah Asma'ul Husna. Dalam Antara, disebutkan pula bahwa istana itu memiliki 17 anak tangga, sama dengan jumlah rakaat dalam salat lima waktu. Tampak samping Istana Dalam Loka di Sumbawa Foto Shutter StockBangunannya berbentuk seperti rumah panggung dan terbuat dari kayu jati. Penggunaan kayu jati dalam bangunannya rupanya tak sembarangan. Kayu jati dipilih karena sifatnya yang cenderung menjadi lebih kuat seiring dengan bertambahnya usia. Karena di masa lalu, kayu jati dikeringkan secara alami, agar dapat kokoh sepanjang waktu. Bangunannya dibuat menghadap ke selatan. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, berdasarkan hukum arah mata angin, selatan dapat memberikan suasana sejuk, tenteram, damai, dan juga punya makna tersendiri bagi pemimpin, yaitu mau dan berani menatap pada masa lalu sehingga pemimpin itu memiliki kebijaksanaan dan kearifan dalam menyikapi masa lalu sebagai pelajaran di masa depan dan tentu saja di masa kini. Istana Dalam Loka di Sumbawa didominasi kayu Foto Shutter StockIstana Dalam Loka terdiri dari dua lantai. Lantai pertama berisi ruang pertemuan dan upacara kesultanan, kamar tidur sultan dan permaisuri, kamar tidur anggota kesultanan, kamar dayang, tempat salat dan dapur. Sementara, lantai dua berisi ruangan menenun dan tempat bermain putri sultan. Buat kamu yang berencana untuk menyambangi Istana Dalam Loka, jangan lupa untuk melepaskan alas kaki sebelum memasuki istana, yang terakhir, jangan heran apabila Istana Dalam Loka terlihat kosong karena memang benda-benda pusaka peninggalan Kesultanan Sumbawa seperti mahkota, pakaian kebesaran, pedang, tombak, dan yang lainnya telah dipindahkan ke Istana Bala Kuning. Meski begitu, enggak perlu ragu untuk berkunjung. Anak-anak yang berlatih kebudayaan di Istana Dalam Loka bisa menjadi atraksi yang menarik untuk disaksikan selain mendengarkan kisah sejarah bangunan tersebut. Cocok banget buat jadi tempat wisata di Sumbawa bagi para pecinta menyambangi Istana Dalam Loka?
kehidupan ekonomi kerajaan sumbawa